Kamis, 28 Juni 2012

KEMULIYAAN

The Miracle Of My Live

Real Power Does Not Hit Hard , But Straight To The Point.

Hakikat Standar Kemuliaan (Menurut Islam)

July 15th, 2011 by Teti Puspita sari
Add caption
bismillah….
dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, Dia-lah Dzat Yang membolak-balikkan hati manusia, Dia-lah Dzat yang Memiliki segalanya; baik yang ada di bumi dan langit, maupun segala sesuatu yang ada di antara keduanya… mari kita ingat kembali apa yang Allah firmankan dalam kitab Suci Al-Quran yang ertinya “Sesungguhnya (orang) yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian” Benar Firman Allah di atas…! tapi, perlu diingat, bahwa kebanyakan dari manusia memandang seseorang dari segi DLOHIRNYA saja..! seseorang mau menghargai orang lain, bila ia kliatan “kaya”- berduit, menjabat sebagai Penguasa ataupun segala hal yang menyangkut sisi-sisi KEDUNIAAN… coba kita buka kembali Sieroh sahabat Rosulullah…! di 14 abad yang lalu..!! Ketika Umar bin Khatthab menjabat sebagai Amiirul Mukminin, datanglah beberapa sahabat ke rumah beliau, mereka adalah Abu Sufyan bin Harb, Al-Absyama, Suhail bin ‘Amr, Al-Harits bin Hisyam, BILAL bin ROBAH, Shuhaib bin Ar-Rumi, Salman Al-Farisi dan Ibnu Mas’ud. Mereka semua datang ke rumah beliau Amirul Mukminin meminta izin untuk menemuinya. Lalu Umar berkata, “Izinkan BILAL bin ROBAH untuk masuk.” Maka Bilal mengetuk pintu lalu masuk. Giliran berikutnya adalah Shuhaib, Salman dan Ibnu Mas’ud. Ktika itu Abu Sufyan berkata di saat hidungnya telah memerah menahan amarahnya “Demi Allah yang tiada sesembahan selain Dia, aku tidak mengira Umar akan MENGAKHIRKANKU sampai mereka itu masuk sebelum aku..!” Mari kita lihat bersama, betapa Umar menilai standar kemuliaan seseorang dengan kacamata agama, bukan kacamata dunia. Umar memuliakan BILAL bin ROBAH, walau dia hanyalah bekas budak Habsyi yang hitam kulitnya dan buruk rupa wajahnya. Hal ini tiada lain dikarenakan dia adalah Muadzin Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam sekaligus salah seorang sahabat yang dijamin masuk Surga oleh Beliau. Umar bin Khatthab menempatkan Abu Sufyan di deretan belakang padahal dia adalah Pembesar Quraisy sekaligus mantan Pemimpin Makkah, kerana dia adalah sahabat yang masuk Islam belakangan. Dia masuk Islam ketika terjadinya “FATHU MAKKAH”. dari sini, mari kita camkan baik-baik…. Acapkali manusia melihat sesamanya dengan memperhatikan KEBESARAN DUNIAWI yang ada pada dirinya. Seseorang DIHORMATI karena KEDUDUKANNYA sebagai PEJABAT walau sebenarnya sering BERTINDAK JAHAT, dihormati karena BERPANGKAT UTAMA meski nyatanya tidak BERAKHLAQ MULIA, dihargai kerena KAYA RAYA walau sentiasa BERTINDAK DZALIM dengan HARTANYA. oleh kerana itu, mari kita berdo’a kepada Allah agar diberi kemudahan untuk mengikuti Sunnah Rasulullah dan Atsar para Shohabat. Dalam Hal ini BAGAIMANA KITA MENILAI STANDAR KEMULIAAN SESEORANG. Barangkali standar kemuliaan memang sudah berubah, sehingga kita sulit menemukan sosok semisal Umar bin Khatthab di abad 21 ini. -sebagian inti tulisan dikutip dari karya Ust. Erwan roihan-
Did you like this? Share it:

Leave a Comment





Please note: Comment moderation is enabled and may delay your comment. There is no need to resubmit your comment.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar